Pengertian Penalaran dan yang berhubungan dengan Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif
Selasa, 13 Oktober 2015
0
komentar
Pengertian Penalaran, Deduktif dan Induktif
1. PENALARAN
A. Pengertian Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan
indera(pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi
yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap
benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang
dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil
kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan
konklusi disebut konsekuensi.
Melalui proses penalaran, kita dapat sampai pada
kesimpulan yang berupa asumsi, hipotesis atau teori. Penalaran disini adalah
proses pemikiran untuk memperoleh kesimpulan yang logis berdasarkan fakta yang
relevan. Dengan kata lain, penalaran adalah proses penafsiran fakta sebagai
dasar untuk menarik kesimpulan.
Penalaran mempunyai cirri-ciri yaitu :
- dilakukan dengan sadar
- didasarkan oleh sesuatu yg sudah d ketahui
- sistematis
- terarah dan bertujuan
- menghasilkan kesimpulan yang dapat berupa pengetahuan, keputusan dan sikap terbaru
- sadar tujuan
- premis berupa pengalaman, pengetahuan, ataupun teori yang di dapatkan
- pola pemikiran tertentu sifat empiris nasional
Hal-hal yang berhubungan dengan penalaran
:
§ INDUKTIF
§ DEDUKTIF
C.
Contoh Kasus
1. Dalam pengertian aktivitas seseorang
berpikir logis.
Contoh ; Hakim tingkat banding Pengadilan Tinggi Agama menerbitkan putusan
sela, dengan memerintahkan kepada ; Pengadilan Agama, untuk melakukan
pemanggilan kepada Pembanding dan Terbanding, agar supaya hadir pada
persidangan di PTA pada tanggal 23 Maret 2011, guna dimintai
keterangannya. Tetapi pada amar putusan sela yang lain, memerintahkan pula kepada
Pengadilan Agama untuk melakukan sidang di tempat atas obyek sengketa, yang
terletak di daerah Jakarta Selatan, Bandung, Bogor dan Raha,tanpa menyebutkan
ketentuan batas waktu.
Pernyataan ini sesungguhnya tidak memiliki kandungan nalar dan penalaran yang
benar, karena ada dua hal yang tidak masuk akal, yaitu;:
- Bagaimana mungkin sidang di PTA digelar yang pada intinya, bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan konkret atas obyek sengketa dengan ketentuan waktu pada tanggal 23 Maret 2011, sementara memerintahkan pula Pengadilan Agama untuk melakukan sidang pemeriksaan di tempat tanpa menyebut batas waktu dan adanya pengiriman berita acara hasil pemeriksaan di tempat tersebut ke PTA.
- Apa yang mau diperjelas dan konkret pada persidangan di PTA pada tanggal 23 Maret 2011, sementara pemeriksaan setempat oleh PA di beberapa daerah belum dilakukan.
2. Jangkauan pikir.
Contoh :
Seorang hakim
dengan giatnya membaca dan belajar serta selalu mempersiapkan referensi
buku-buku hukum, jurnal hukum, baik hukum formal maupun hukum materiil. Bahkan
ia sering melakukan diskusi hukum dan juga rajin membaca putusan-putusan hakim
melalui yurisprudensi, sehingga pada saatnya nanti ia berharap akan menjadi
hakim yang lebih berkualitas dan memiliki integritas moral yang baik. Hakim
seperti ini memiliki nalar dan penalaran yang mempersiapkan diri secara lebih
strategis untuk kepentingan tugasnya di masa yang akan datang.
3. Kekuatan pikir.
Contoh :
Seorang hakim yang
mengikuti program studi S2 atau S3 dalam setiap kegiatan seminar di S2
atau dalam setiap kegiatan di ujian terbuka di program S3. Dari materi ujian
promovendus, ia tidak pernah luput dari pengamatannya, baik melalui diskusi
maupun melalui bentuk penulisan karya ilmiah. Pada saat ia hadir dalam sebuah
seminar, ia dengan mudah memahami substansi materi pembahasan dan berusaha
mengajukan tanggapan ataupun pertanyaan yang sangat mudah dipahami oleh orang
lain. Mahasiswa seperti ini memiliki kemampuan nalar dan penalaran yang baik
untuk menunjang kesuksesan program studinya di masa yang akan datang.
4. Menggunakan nalar atau
pemikiran logis.
Contoh :
Seorang pejabat
perbankan di persidangan pengadilan negeri dan ia bertindak sebagai saksi, lalu
hakim mencecarnya dengan pertanyaan yang beruntun. Lalu oleh saksi
tersebut, menjawab dengan tenangnya bahwa dirinya lupa...., lupa...., lupa....
dan seterusnya, bahkan kadang saksi tersebut mengatakan bahwa dirinya tidak
tahu. Hakim yang menyidangkan perkara ini harus memiliki nalar dan penalaran
yang baik, bahwa sangat tidak logis, seorang saksi mengatakan ; lupa,
lupa, lupa atau bahkan tidak tahu, padahal ia berkedudukan sebagai salah
seorang subyek hukum dalam perkara ini. Nalarpun berkata, mana mungkin para
terdakwa yang terdiri dari beberapa orang anggota DPR telah divonis bersalah
karena menerima sejumlah uang suap dan telah dijatuhi hukuman
pidana penjara antara satu sampai dua tahun, kalau tidak ada orang yang
memberi suap. Hakim harus membentuk atau membangun sebuah penalaran terhadap
kemungkinan adanya saksi-saksi yang terlibat memberi suap atas kasus ini.
Contoh-contoh tersebut merupakan sebagian fenomena umum yang terjadi di
masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan. Dan di sana bisa ditemukan bagaimana
fungsi dan manfaat nalar dan penalaran itu
2. PENALARAN INDUKTIF
A. Pengertian Induktif
Penalaran induktif yaitu proses penalaran untuk menarik kesimpulan dari
prinsip/sikap yang berlaku umum berdasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus
(induksi).
Ciri-ciri Paragraf Induktif :
- Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus
- Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus
- Kesimpulan terdapat di akhir paragraf
- Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraf
- Gagasan Utama terdapat pada kalimat
- Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang mengungkapkan peristiwa-peristiwa khusus
- Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasa utama
B.
Hal-hal yang berhubungan dengan Induktif
Penalaran Induktif dan Coraknya
Penalaran induktif dapat dilakukan dengan tiga cara : generalisasi, analogi,
hubungan kausal ( hubungan sebab akibat.)
1. Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah gejala atau
peristiwa yang serupa untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian
dari gejala atau peristiwa itu. Generalisasi diturunkan dari gejala-gejala
khusus yang diperoleh melalui pengalaman, observasi, wawancara atau studi
dokumentasi.
Contoh :
Contoh :
Jika
dibakar plastic akan meleleh,
Jika
dibakar sedotan akan meleleh,
Jika
dibakar ember akan meleleh,
Jika
dibakar botol akan meleleh,
Jadi jika
benda plastic dibakar akan meleleh
2. Analogi
Analogi dilakukan karena antara sesuatu yang diabandingkan dengan pembandingnya
memiliki kesamaan fungsi atau peran. Melalui analogi, seseorang dapat
menerangkan sesuatu yang abstrak atau rumit secara konkrit dan lebih mudah
dicerna. Analogi yang dimaksud adalah anlogi induktif atau analogi logis.
Analogi induktif ( kias ) adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua
peristiwa atau gejala khusus yang satu sama lain memiliki kesamaan untuk
menarik sebuah kesimpulan. Karena titik tolak penalaran ini adalah kesamaan
karakteristik diantara dua hal, maka kesimpulannya akan menyiratkan “ apa yang
berlaku pada satu hal akan berlaku pula untuk hal lainnya “ dengan demikian
dasar kesimpulan yang digunakan merupakan ciri pokok atau esensi yang
berhubungan erat dari dua hal yang dianalogikan.
Contoh :
Contoh :
Seorang bayi dilahirkan dalam
keadaan suci seperti kertas putih.
Bayi akan dibentuk pribadinya
sesuai dengan didikan yang diterimanya seperti kertas putih dapat diisi dengan
berbagai hal sesuai dengan keinginan pemiliknya.
Bila bayi didik dengan baik maka
akan seperti kertas yang terisi dengan hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi
siapa pun yang membacanya.
Jadi membentuk kepribadian baik
seorang anak, ibarat menulis kertas putih dengan hal-hal yang bermanfaat.
3. Hubungan Kausal
Menurut hokum kausalitas semua peristiwa yang terjadi di dunia ini terjalin dalam
rangkaian sebab akibat. Tidak ada satu gejala atau kejadian yang muncul tanpa
penyebab.
C. Contoh Kasus
·
Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
·
Ikan Paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
3. PENALARAN DEDUKTIF
A. Pengertian Deduktif
Penalaran deduktif adalah menarik kesimpulan khusus dari premis yang lebih
umum. Jika premis benar dan cara penarikan kesimpulannya sah, maka dapat
dipastikan hasil kesimpulannya benar. Jika penalaran induktif erat kaitannya
dengan statistika, maka penalaran deduktif erat dengan matematika khususnya
matematika logika dan teori himpunan dan bilangan.
B. Hal-hal yang berhubungan dengan deduktif
Macam-macam penalaran deduktif diantaranya :
1. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme
disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan
fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari
2 pendapat dan 1 kesimpulan.
Contohnya:
Semua manusia akan mati
Amin adalah manusia
Jadi, Amin akan mati (konklusi / kesimpulan)
2. Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme
premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh :
Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
Pada malam hari tidak ada matahari
Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis
C. Contoh Kasus
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti
sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media
hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan
penanda status sosial.
Sumber Referensi :
https://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/filsafat_ilmu/bab6-penalaran.pdf
http://randadado.blogspot.com/2014/03/teori-yang-berhubungan-dengan-penalaran.html
http://hadasiti.blogspot.com/2012/03/arti-dan-contoh-dari-penaralan-induktif.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/filsafat_ilmu/bab6-penalaran.pdf
http://randadado.blogspot.com/2014/03/teori-yang-berhubungan-dengan-penalaran.html
http://hadasiti.blogspot.com/2012/03/arti-dan-contoh-dari-penaralan-induktif.html
http://rachmawatinadya.blogspot.com/2011/10/pengertian-penalaran-dan-macam-macam.html
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Pengertian Penalaran dan yang berhubungan dengan Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://muhammadsholihin8.blogspot.com/2015/10/pengertian-penalaran-dan-yang.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar